Kurikulum 3-2-1 (Industrial Based Education)

ditulis oleh : Duddy Arisandi

Dewasa ini system pendidikan vokasi sedang mendapatkan perhatian kusus dari Pemerintah RI, yang dituangkan dalam program revitalisasi pendidikan vokasi di Indonesia.

Dalam sejarah pengembangan institusi pendidikannya, Politeknik Manufaktur Bandung membaginya dalam termin :

  1. Tahun 1975-1985, penerapan practical based dengan sasaran skill intensive.
  2. Tahun 1985-1995, penerapan production based dengan sasaran technological intensive.
  3. Tahun 1995-2005, penerapan engineering based dengan sasaran design & engineering.
  4. Tahun 2015-2015, penerapan industrial based dengan sasaran knowledge based engineering & technologi.
  5. Tahun 2015-2025, penerapan knowledge & enterprised based, dengan sasaran collaboration & strategic alliance.

Sebagai pendekatannya dilakukan suatu pemodelan penerapan kurikulum yang dikenal dengan istilah 3-2-1 (diterapkan di Politeknik Manufaktur) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu lulusan di industri manufaktur dengan jalan membangun kepercayaan antara lembaga.

Pada pelaksanaannya terjadi pemaduan dua pendekatan dimana pada satu sisi menyatakan bahwa keberterimaan mahasiswa dituangkan dalam bentuk nilai kelulusan (rentang nilai A sd E). Sedangkan di sisi industri bentuk nilai yang dianut adalah go (berterima) dan no go (tidak berterima). Hal tersulit adalah memadukan kedua penilaian tersebut menjadi model pendekatan yang paling realistik. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka Politeknik Manufaktur menerapkan model Industrial based Education. Yang mana tuntutan dunia industri dapat dipetakan ke dalam : keterampilan, pengetahuan, keterukuran, pengalaman, tanggungjawab dan sikap. Kedalaman cakupan pembelajaran dijalankan dalam bentuk piramida (mulai dari bawah) : Transfer pengetahuan (di ruang kelas), Pengembangan pengetahuan (melalui PR & Tugas), Validasi pengetahuan (lab. / studio / bengkel), Pengembangan keterampilan dan professional (pesanan dan proyek ril dari industri).


Untuk mewujudkan penerapan Industrial Based Education maka beberapa hal berikut harus dipadukan secara terintegrasi : Visi & misi, Kurikulum dan silabus, Teori dan praktek, Staf pengajar dan teknisi, Proses pendidikan, Pengendalian, Keterkaitan eksternal. Pada perkuliahannya diterapkanlah model 3-2-1 : 3 semester awal di kampus, 2 semester di industri, dan 1 semester di Industri. Industri yang dimaksud dapat berupa industri di luar kampus ataupun industri di dalam kampus. Distribusi minggu perkuliahan dilaksanakan menggunakan system Blok : 1 minggu teori kemudian diikuti dengan 2 minggu praktik secara kontinyu dalam 1 semester.

Praktik produksi dan industri (selama 1 tahun di industri) penting dilakukan, mengingat :

  1. Mengikutsertakan/melibatkan peserta didik pada penyelesaian kasus-kasus riil yang dihadapi industri sesuai dengan program studinya.
  2. Menerapkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian dasar yang telah dipelajari/didapatkan.
  3. Latihan nyata dari / di industri yang akan memberikan pengalaman, motivasi, dan sikap etika kerja industri.
  4. Memahami dan menghayati suasana/kondisi lapangan/tempat kerja yang sebenarnya.

Pada pelaksanaannya perlu juga dilakukan oleh institusi seperti : pemantauan dan bimbingan secara kontinyu bagi mahasiswa yang sedang berpraktik di industri, dilakukannya penilaian secara komprehensip sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan dan didiskusikan dengan fihak industri. Industri dilibatkan untuk memberikan praktik sesuai dengan yang tertera di kurikulum dan harus diterapkan kepada mahasiswa yang melakukan praktik industri. Kompetensi mahasiswa akan meningkat jika mahasiswa dilibatkan di dalam proyek-poyrk ril industri seperti beberapa produk yang dipesan oleh perusahaan : engine checking fixture pesanan PT AICC, presstools pesanan PT NTC, leak tester engine PT ADM.

Beberapa pertanyaan menarik disampaikan juga oleh kalangan civitas akademika mulai dari mahasiswa tingkat I, II, III, dosen, dan instruktur (pranata laboran perguruan tinggi) seperti : Tips menghadapi MEA, konsekwensi pemadatan kurikulum di institusi, kesesuaian tempat dan pekerjaan OJT dengan spesialisasi mahasiswa, pengelolaan OJT oleh institusi, pembinaan calon dosen / instruktur yang bukan berasal dari lingkup manufaktur, dan tip mencari industri OJT.

Kesimpulan yang didapat dari seminar ini adalah : Model 3-2-1 merupakan salah satu pendekatan di dalam pelaksanaan pendidikan untuk mendekatkan suasana indistri kepada mahasiswa, yang pada penerapannya harus dievaluasi secara comprehensive dan diterjemahkan ke dalam kurikulum. Dan pada pelaksanaannya harus berkolaborasi dengan pemangku kepentingan karena adanya tarik ulur kepentingan.

Demikianlah pemaparan yang disampaikan oleh pemateri seminar : Dr. Ismet P. Ilyas, BSMET, M.Eng.Sc. dalam seminar sehari bertemakan Kurikulum 3-2-1 yang diselenggarakan di Akademi Teknik Soroako pada Hari Selasa / 10-01-17 yang dimoderatori oleh Ir. Duddy Arisandi, S.T., M.T.